Betapa debungamu mula mengaroma asyik dalam indera hiduku menyucuk peri belas, tak berbahasa lelah untuk memesrai jenuh refleksi jiwamu, jiwaku, harumnya tidak kendur dari taman berduri lingkaran gundah.
Kian meluruhkan putik-putik indah pada langsir kabus yang tertirai langsing sesudah fajar, tidak segan untuk mengecup alis matamu, sibuk dengan kerling tersayup menguyur kanta teduhku.
Pada halaman khatulistiwa yang minta untukmu mesrai, betapaku tertelan tulang hakikat di tanah cumbu matahari, disikat jaring-jaring dina kuncupan insan rimba keluh, tidak ingin ditertawa oleh bisu bercemar kayangannya melilit bulan.
Sesekali bayang-bayang rasa tertindih oleh kilau-kilau kerdilnya, sampai sinar sirna terbias asanya, tidak ingin kecewa dimizani condong dengan kasih layan terberai, betapamu lihat wajahku mencuka sambil ada torehan luka menjerit bisu.
Betapa dalam destinasi yang menjerat luah miskinnya watakku, bahwa berpatah semula akan terkandas majunya orak jejak kesiur madahmu, kalung-kalung ingatan berderai dalam tekan simpati rusuhmu, tidak ingin mengheretku dalam lekuk langkah bertari resahmu.
Wajahmu tidak akan terpulau bersama sayat hidup rengsaku, malah sendu silamku kekal terintik genangnya di angkasa anganmu.
Andaiku dicurahi hujan suci pada mula kendiriku, betapamu akan membalas bahagia senyumku yang merdeka, dari kelar hayat semalam yang terdera.
Nukilan:
Penulis Pada diri Pelara Warkah Gerimis
1 Komen:
This is really a nice blog. This is so helpful and informative, I hope you write more blogs like this, thank you. You are so right with your views.